Selasa, 22 Mei 2012

ASKEP bayi berat badan lahir rendah (BBLR)


A.    Definisi
  Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 250 gram (WHO, 1961), sedangkan bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gr termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Pada kongres European Prenatal Medicine II (1970) di London diusulkan definisi sebagai berikut:
-          Preterin Infant (bayi kurang bulan: masa gestasi kurang dari 269 hari (37mg).
-          Term infant (bayi cukup bulan: masa gestasi 259-293 hari (37 – 41 mg).
-          Post term infant (bayi lebih bulan, masa gestasi 254 hari atau lebih (42 mg/lebih).
Dengan pengertian di atas, BBRL dibagi atas dua golongan:
  1. Prematuritas murni kurang dari 37 hari dan BB sesuai dengan masa kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/ NKB-SMK).
  2. Dismatur, BB kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term dan post term yang terbagi dalam :
* Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB- KMK).
* Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB – KMK).
* Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB – KMK).
B.     Etiologi BBLR
  1. Faktor ibu :
-          Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
-          Perdarahan antepartum
-          Malnutrisi
-          Hidromion
-          Penyakit jantung/penyakit kronis lainnya
-          Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
-          Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat
-          Infeksi
-          Penderita DM berat
  1. Faktor Janin :
-          Cacat bawaan
-          Kehamilan ganda/gemili
-          Ketuban pecah dini/KPD
  1. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
  2. Kebiasaan
  3. Idiopatik
C.    Tanda-tanda bayi BBLR
1.      BB < 250 gram, TB < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
2.      Tanda-tanda neonatus :
a.       Kulit keriput tipis, merah, penuh bulu-bulu halus (lanugo) pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak alam jaringan sub-kutan sedikit.
b.      Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari.
c.       Bayi prematur laki-laki testis belum turun dan pada bayi perempuan labia minora lebih menonjol.
3.      Tanda-tanda fisiologis :
a.       Gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun lapar, lebih banyak tidur dan malas.
b.      Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermis.
D.    Penatalaksanaan BBLR
  1. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34°C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.

  1. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
            Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 – 4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 Gr.
            Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
  1. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:
-          Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum masuk ke ruang rawat bayi.
-          Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang seorang bayi.
-          Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan dengan bayi.
-          Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
-          Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.
E.     Prognosis BBLR
Prognosis tergantung berat ringannya masalah prenatal, selain itu juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dam perawatan saat hamil, persalinan dan perawatan post – natal.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.        Pengkajian
1.      Biodata
a.       Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.
b.      Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c.       Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d.      Riwayat penyakit sekarang.
e.       Riwayat penyakit keluarga.
f.       Riwayat penyakit dahulu.
2.      Pemeriksaan fisik biologis
·         Ibu
-          Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
-          Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang.
-          Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
-          Riwayat penyakit ibu.
-          Psikososial dan spiritual ibu.
-          Riwayat perkawinan.
·         Bayi
-          Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.
-          Inspeksi
1.      Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.
2.      Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3.      Kulit tipis, transparan dan mengkilap.
4.      Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
5.      Garis telapak kaki sedikit.
6.      Retraksi sternum dengan iga
7.      Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).
-          Palpasi
1.      Hati mudah dipalpasi.
2.      Tulang teraba lunak.
3.      Limpa mudah teraba ujungnya.
4.      Ginjal dapat dipalpasi.
5.      Daya isap lemah.
6.      Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).
-          Perkusi
-          Auskultasi
1.      Nadi lemah.
2.      Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.
B.     Diagnosa
1.      Resiko tinggi terjadinya ketidakefektifan pola pernafasan b/d penurunan energi, kelelahan dan imaturitas paru.
2.      Resiko tinggi terjadinya ketidakefektifan termoregulasi (hipotermi) b/d tipisnya jaringan lemak dibawah kulit, mekanisme regulasi suhu imatur.
3.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d belum sempurnanya refleks menghisap dan menelan ; belum sempurnanya pada sistem gastro intestinal
4.      Resiko infeksi b/d imaturitas sistem imun
5.      Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang perawatan bayi dengan BBLR
C.     Intervensi
Resiko tinggi terjadinya ketidakefektifan pola pernafasan b/d penurunan energi,  kelelahan dan imaturitas
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria Hasil :
v  Frekuensi, kedalaman, irama pernafasan normal
v  Bunyi nafas bersih
v  Nilai gas darah dalam batas normal
            Intervensi :
1.      Atur posisi tidur bayi dengan leher agak ekstensi tengadah dengan meletakkan selimut atau handuk dibawah bahu sehingga terangkat 2-3 cm diatas kasur
R/ Melancarkan jalan nafas dan memudahkan pengembangan dada/paru-paru
2.      Bila cairan/ lendir banyak dalam mulut, bayi dimiringkan. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir/cairan air ketuban/meconium (sebaiknya tidak manggunakan listrik)
R/ Posisi miring menghindari cairan/lendir berkumpul di faring bagian belakang, sehingga mudah dihisap. Mempertahankan jalan nafas tetap terbuka, udara masuk ke paru-paru lebih efektif
3.      Perhatikan pelembab oksigen/humidifier jangan sampai kering (gunakan aquadest steril)
R/ Mencegah kerusakan / Iritasi mukosa
4.      Waspada terhadap pemberian oksigen, jangan mengenai mata.
R/ Jaringan mata belum matang : menimbulakn retroletal fibroplasia/retinophaty

Resiko tinggi terjadinya ketidakefektifan termoregulasi (hipotermi) b/d tipisnya jaringan lemak dibawah kulit, mekanisme regulasi suhu imatur
Tujuan : Suhu tubuh bayi dalam batas  normal
Kriteria Hasil :
v  Suhu 36,5ºC – 37,5ºC
v  Akral kulit tidak dingin
v  Tidak pucat
Intervensi :
1.      Beri kehangatan bayi antara lain dengan inkubator atau penyinaran lampu, cara lain dengan metode dekap, yaitu : bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti selimut tebal, tudung kepala
R/ Memberikan lingkungan yang hangat pada bayi sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara normal
2.      Hangatkan inkubator ¼ jam sebelum bayi dimasukkan, pemanasan harus secara berlahan-lahan dimulai dengan suhu inkubator 0,5ºC - 1ºC tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan max.0,6ºC/jam)
3.       Pemberian panas yang mendadak dapat mengakibatkan bayi apneu
4.      .Ganti pakaian secepatnya bila basah R/ Mencegah hilangnya panas melalui     evaporasi
5.      Memberi ASI, menyusui, bila tidak bisa menetek ASI dapat diberikan dengan sendok the atau pipet
R/ Agar bayi memperoleh nutrisi

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d belum sempurnanya refleks menghisap dan menelan ; belum sempurnanya pada sistem gastro intestinal
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
v  BB meningkat dalam batas normal
v  Menunjukkan status gizi baik
v  Tidak muntah
Intervensi :
1.      Beri minum sedikit tapi sering
      R/ Porsi kecil penyerapan lebih kuat
2.      Bila tidak dapat minum prspeen/netek ibu, persendok, perpipet kalau perlu pasang sonde, sebaiknya posisi telungkup sehabis minum, waspada jangan sampai hidung tertutup
R/Mempertahankan pemberian nutrisi secara adekuat, posisi tengkurap mempercepat proses pengosongan lambung 
3.      Observasi kembung, muntah
R/ Tonus otot spingteresofagus bagian     inferior lemah dan lambungv yang kecil
4.      Cek/lakukan retensi setiap akan memberi minum bila bayi memakai sonde dan catat banyaknya serta konsistensinya
R/ Memantau penyerapan makanan
5.      Bila retensi banyak, bayi dipuasakan      kolaborasi dalam pemberian infus
R/ terjadi malabsorbsi makanan, sistem pencernaan masih lemah
6.      Timbang BB tiap hari
7.      R/ Memonitor intervensi nutrisi yang diberikan

1 komentar: